Rabu, 10 November 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 26

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 26 Tahun 2010
Minggu Epidemiologi ke-44 tahun 2010
(31 Oktober – 6 November 2010)

Kamis, 04 November 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 25

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 25 Minggu Epidemiologi ke-39 sampai 43 tahun 2010

(26 September – 30 Oktober 2010)


Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.

Kami mohon maaf karena setelah sebulan, bulletin ini baru dapat diterbitkan karena beberapa masalah teknis. Untuk itu, seperti edisi sebelumnya, bulletin edisi 25 ini dirangkum untuk minggu ke-39, 40, 41, 42 dan 43.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan Laporan
Minggu ke-38 s.d. ke-43 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Sumber: DSO Kab. Maros

Pada minggu ke-43, seluruh puskesmas melapor dengan tepat waktu kecuali puskesmas Tunikamaseang. Kelengkapan laporan hingga minggu ke-41 sudah mencapai 100% seperti minggu-minggu sebelumnya.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit

Tabel 2. Perkembangan Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Minggu ke-38 sampai 43
Di Kabupaten Maros
Sumber : DSO Kab. Maros

Untuk minggu ke-43, seperti pada minggu sebelumnya, Kasus ILI menempati urutan pertama dari jumlah kunjungan, disusul diare akut dan demam yang tidak diketahui sebabnya.

Peringatan Dini

Tabel 3. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Kabupaten Maros Minggu ke-39 sampai 43
Alert yang muncul di tingkat kabupaten pada minggu ke-39 sampai ke-43 adalah peningkatan kasus ILI, poisson suspek demam tifoid, kasus suspek campak, dan kasus gigitan hewan penular rabies.

Tabel 4. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Puskesmas se-Kabupaten Maros Minggu ke-39 sampai 43
Alert yang muncul di tingkat puskesmas pada minggu ke-39 sampai ke-43 adalah peningkatan kasus diare akut, peningkatan kasus ILI, poisson suspek demam tifoid, kasus suspek campak, dan kasus gigitan hewan penular rabies, dan peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya.

Respons
Seluruh Alert telah disampaikan DSO Kab. Maros kepada puskesmas yang bersangkutan untuk dilaksanakan respon tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesehatan masyarakat dengan cepat dan tepat.

Untuk kasus suspek campak di puskesmas Marusu pada minggu ke-39, sampel serum darah tidak dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel karena orang tua penderita tidak bersedia diambil sampel serum darahnya. Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin dan Moncongloe pada minggu ke-40, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin dan Moncongloe pada minggu ke-42, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium.

Laporan KLB/ Wabah (W1)
Muncul kasus keracunan makanan di SMU Negeri 2 Maros (Lingkungan Bontocabu, Kelurahan Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kab. Maros) pada tanggal 2 November 2010 (minggu ke-44). Enam orang siswa menderita keracunan makanan dan seluruhnya dirawat di puskesmas Barandasi. Sampel makanan telah diambil dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan dari BBLK Provinsi Sulawesi Selatan. Hingga hari ini, tidak ada lagi kasus keracunan makanan dan lokasi tetap dalam pemantauan oleh surveilans puskesmas Barandasi. Untuk kasus ini telah dikirimkan format W1 ke Dinkes Provinsi Sulsel pada tanggal 3 November 2010.

Tren Penyakit/Sindrom

Trend diare akut, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-43 ini mengalami penurunan.

Trend gejala Penyakit Serupa Influenza (ILI), baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-43 ini mengalami penurunan.

Trend suspek demam tifoid, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan menurun pada minggu ke-43 ini.

Trend suspek demam berdarah dengue, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan menurun pada minggu ke-43.

Trend demam yang tidak diketahui asalnya, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-43 ini mengalami sedikit peningkatan.

Insiden diare akut paling tinggi di Puskesmas Barandasi dan Moncongloe dengan angka insiden 50 sampai 60 kasus per 100.000 penduduk.

Insiden ILI paling tinggi di puskesmas Barandasi dan Alliritengngae dengan angka 119 sampai 205 kasus per 100.000 penduduk disusul puskesmas Ladange dan Bantimurung dengan angka 54 sampai 118 kasus per 100.000 penduduk.

Kasus diare berdarah muncul di wilayah kerja puskesmas Mattirotasi sebanyak 9 kasus per 100.000 penduduk.

Kasus suspek demam berdarah dengue muncul di wilayah kerja puskesmas Moncongloe yang mengenai 1 orang saja atau sebanyak 9 kasus per 100.000 penduduk

Rekomendasi dan Tindak Lanjut
  1. Agar puskesmas tetap meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporannya.
  2. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
  3. Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
  4. Puskesmas Hasanuddin agar tetap memantau pasien korban gigitan hewan penular rabies dan mewaspadai peningkatan kasus rabies.
  5. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

Senin, 04 Oktober 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 24

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 24 Minggu Epidemiologi ke-36 sampai 38 tahun 2010
(5 September – 25 September 2010)

Kamis, 09 September 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respon Edisi 23

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 23 Minggu Epidemiologi ke-35 tahun 2010
(29 Agustus – 4 September 2010)

Rabu, 01 September 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 22

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 22 Tahun 2010

Minggu Epidemiologi ke-34 tahun 2010

(22 Agustus – 28 Agustus 2010)

Jumat, 27 Agustus 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 21

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 21, Tahun 1

Minggu Epidemiologi ke-33 tahun 2010

(15 Agustus – 21 Agustus 2010)

Rabu, 18 Agustus 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 20

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 20, Tahun 1

Minggu Epidemiologi ke-32 tahun 2010

(8 Agustus – 14 Agustus 2010)

Jumat, 13 Agustus 2010

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
Dalam pedoman Algoritma dan diagnosis EWARS, defenisi kasus suspek DBD adalah Demam 2-7 hari ditandai dgn manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif, ptekie, perdarahan pd gusi, dan epistaksis atau mimisan.

a. Gejala dan Tanda
  • Penderita mendadak panas tinggi (suhu badan antara 39-40 oC atau lebih) selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu.
  • Tampak bintik-bintik merah pada kulit penderita seperti bekas gigitan nyamuk, disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit direnggangkan, bila bintik merah hilang berarti bekas gigigtan nyamuk.
  • Terasa nyeri di ulu hati kemungkinan karena terjadi pendarahan di lambung
  • Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung (mimisan) atau di gusi
  • Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
  • Keadaan lebih lanjut masuk ke fase syok ditandai dengan penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat dan tidak sadar.
  • Bila tidak segera ditolong di rumah sakit dalam 2-3 hari penderita meninggal dunia.
b. Penyebab

Penyebab penyakit DBD ádalah virus dengue. Ada 4 (empat) serotype yaitu dengue 1,2,3 dan 4. Serotype Dengue 3 merupakan serotype yang dominan di Indonesia dan Sangat berhubungan dengan kasus berat.
Penularannya adalah oleh nyamuk sub genus stegornyia yaitu Aedes aegypti

c. Tatalaksana Penderita
  • Periksa, apakah pasien memiliki gejala DBD yaitu Demam 2 sampai 7 hari dengan manifestasi perdarahan seperti :
  1. Uji Tourniquet positif
  2. Ptekie
  3. Perdarahan pada gusi
  4. epistaksis/ mimisan
  • Apabila gejala tersebut ditemukan, segera catat dan kirim datanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Maros
  • Ambil Spesimen sesuai Standar Operasional Pemeriksaan
  • Jika hasil positif, lakukan respon KLB :
  1. Respon tatalaksana kasus : Beri minuman yang banyak, kompres, antipiretik golongan parasetamol ; Rujuk ke RS bila panas tidak turun dalam 2 hari atau keadaan tambah memburuk
  2. Respon Pelaporan dengan menggunakan standar pelaporan KLB : W1 (laporan kurang dari 24 jam) ; Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium
  3. Respon Kesehatan masyarakat : Penyelidikan Epidemiologi (PE) ; Surveilans Intensif ; Ambil spesimendari sebagian kasus untuk konfirmasi lab. serologi ; membentuk posko pengobatan di lapangan ; melakukan pemberantasan vektor (PSN, Fogging, Larvasidasi) ; Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


DOWNLOAD PDF

Kamis, 12 Agustus 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 19

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 19 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-31 tahun 2010
(1 Agustus - 7 Agustus 2010)

Jumat, 06 Agustus 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respon Edisi 18

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 18 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-30 tahun 2010
(25 Juli - 31 Juli 2010)

Rabu, 28 Juli 2010

Sosialisasi PTM Dinkes Maros

Kamis, 15 Juli 2010, telah diadakan pertemuan bertema “Sosialisasi Penyakit Tidak Menular”. Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Maros dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Maros. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang rapat Bappeda Kab. Maros.

Perkembangan Kasus Antraks di Maros : Kunjungan subdit Zoonosis

Tanggal 7 Juli 2010, Dinas Kesehatan kabupaten Maros menerima kunjungan kerja dari Subdit zoonosis Kementerian Kesehatan RI. Kunjungan ini berkaitan dengan kejadian antraks di Desa Tenrigangkae, Kecamatan Mandai, wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Maros beberapa waktu lalu. Saat berkunjung ke Maros, perwakilan subdit zoonosis didampingi oleh petugas P2 Antraks dari Dinas Kesehatan Prov. Sulsel.

Kunjungan ini bertujuan

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 17

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 17 Tahun 1 Minggu Epidemiologi ke-29 tahun 2010
(18 Juli - 24 Juli 2010)

Selasa, 20 Juli 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 16

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 16, Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-28 tahun 2010
(11 Juli - 17 Juli 2010)

Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Selasa, 13 Juli 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 15

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 15 Tahun 1 Minggu Epidemiologi ke-27 tahun 2010
(4 Juli - 10 Juli 2010)

Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan sehingga bulletin mingguan ini dapat terselesaikan.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-27 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Pada minggu ke-27, ada 3 puskesmas yang belum mengirim laporan mingguan EWARS via sms yaitu Puskesmas Tunikamaseang, Ladange, dan Marusu. Untuk itu umpan balik ke tingkat puskesmas sangat diharapkan demi kelancaran dan keberlanjutan program ini.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit

Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-27

Gejala ILI menempati urutan pertama dari proporsi morbiditas kunjungan sebesar 4,6% dan angka insidensi sebesar 1, disusul dengan demam yang tidak diketahui asalnya dengan morbiditas sebesar 2,9% dan angka insidens sebesar 0,6. Total Proporsi dari seluruh penyakit sebesar 11% dari total kunjungan, sisanya adalah penyakit selain diatas.

Peringatan Dini

Tabel 3. Sinyal Kewaspadaan Dini
Minggu ke-27 Dinas Kesehatan Kab. Maros
Peringatan dini (alert) yang muncul di tingkat Kabupaten yang harus ditindaklanjuti yakni kasus gigitan hewan penular rabies.
Adapun peringatan dini (alert) yang muncul di tingkat puskesmas yang harus ditindaklanjuti yakni kasus gigitan hewan penular rabies di puskesmas Cenrana dan peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya di puskesmas Simbang. Diharapkan kepada puskesmas terkait untuk segera menindaklanjuti dengan melakukan investigasi awal pada daerah yang terkena alert.

Petugas surveilans kabupaten (DSO) telah mengkonfirmasi alert ini ke puskesmas yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat.

Tren Penyakit/Sindrom


Diare akut masih menempati tiga besar penyakit yang paling banyak kasusnya. Namun demikian, dari grafik dapat dilihat penurunan kasus dan proporsi morbiditas dari minggu sebelumnya.

Walaupun mengalami penurunan secara signifikan dari minggu sebelumnya, kasus ILI masih menempati peringkat pertama dari proporsi morbiditas kunjugan. Penurunan ini bias terjadi karena beberapa puskesmas sudah memisahkan dengan baik antara kasus ILI dan ISPA.

Kasus gigitan hewan penular rabies berfluktuasi tiap minggunya. Hanya terdapat satu kasus gigitan hewan penular rabies di minggu ke-27 namun itu sudah cukup untuk membuat kabupaten Maros waspada Rabies.

Kasus Demam yang tidak diketahui asalnya bisa timbul karena belum didiagnosisnya kasus demam kedalam penyakit/sindrom yang lebih spesifik. Hal inilah penyebab utama tingginya kasus dan proporsi morbiditas untuk penyakit/sindrom ini.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

  1. Dinas Kesehatan Kabupaten Maros segera melakukan verifikasi data ke tingkat Puskesmas apabila muncul alert, dan apabila data yang terlapor benar adanya, harus segera melakukan respons.
  2. Pada puskesmas Cenrana yang muncul alert khusus untuk kasus gigitan hewan penular rabies agar melakukan investigasi awal dilapangan dan melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan (PDSR).
  3. Diharapkan kepada puskesmas untuk mengirim laporan mingguan berbasis EWARS dengan tepat waktu untuk mencapai indikator yang diharapkan.
  4. Diagnosa kasus ILI sebaiknya ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas agar dapat dibedakan dengan kasus ISPA.
  5. Diagnosa Demam yang tidak diketahui asalnya sebaiknya ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.

Selasa, 06 Juli 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons

Edisi 14 Tahun 1 Minggu Epidemiologi ke-26 (27 Juni - 3 Juli 2010)

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-26 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Situasi Minggu ke-26
Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-26

Total proporsi morbiditas dari 22 jenis penyakit ini sebesar 14,2%,

Peringatan Dini:
Untuk tingkat Kabupaten, tidak ada sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-26

Untuk tingkat Puskesmas, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-26 adalah:
  • Peningkatan kasus Diare Akut di wilayah kerja puskesmas Hasanuddin (22 kasus (sebelumnya 11 kasus))
  • Peningkatan kasus Diare Akut di wilayah kerja puskesmas Camba (17 kasus (sebelumnya 8 kasus))
  • Peningkatan kasus ILI (Penyakit Serupa Influenza) di wilayah kerja puskesmas Simbang (22 kasus (sebelumnya 12 kasus))
  • Peningkatan kasus ILI (Penyakit Serupa Influenza) di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (9 kasus (sebelumnya 5 kasus))
  • Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Mattirotasi (27 kasus (sebelumnya 21 kasus))
  • Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Barandasi (17 kasus (sebelumnya 4 kasus))
  • Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (10 kasus (sebelumnya 7 kasus))

Telah dilakukan respon dengan memberitahukan sinyal peringatan dini ini ke masing-masing puskesmas untuk kewaspadaan dini.

Rumor
Berkaitan dengan keadaan cuaca yang masih tidak menentu, penyakit yang dikhawatirkan meningkat adalah Diare akut, DBD, dan Tifoid.

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons

Edisi 13 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-25 (20 Juni - 26 Juni 2010)

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Tabel 1.
Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-25 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Situasi Minggu ke-25
Tabel 2.
Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-25

Peringatan Dini:


Untuk tingkat Kabupaten, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-25 adalah:

  1. Kasus gigitan hewan penular rabies (1 kasus)
  2. Kluster Penyakit yang tidak diketahui (5 kasus)

Untuk tingkat Puskesmas, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-25 adalah:

  1. Kasus gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja puskesmas Moncongloe (1 kasus)
  2. Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui sebabnya di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (7 kasus (sebelumnya 4 kasus))
  3. Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui sebabnya di wilayah kerja puskesmas Ladange (7 kasus (sebelumnya 4 kasus))

Telah dilakukan respon dengan memberitahukan sinyal peringatan dini ini ke masing-masing puskesmas untuk kewaspadaan dini.


Rumor


Berkaitan dengan keadaan cuaca yang masih tidak menentu, penyakit yang dikhawatirkan meningkat adalah Diare akut, DBD, dan Tifoid.


Bulletin Edisi Sebelumnya dapat dibaca di bawah ini :


BULLETIN EDISI 12

BULLETIN EDISI 11

BULLETIN EDISI 10

BULLETIN EDISI 9

BULLETIN EDISI 8

BULLETIN EDISI 7

BULLETIN EDISI 6

BULLETIN EDISI 5

BULLETIN EDISI 4

BULLETIN EDISI 3

BULLETIN EDISI 2

BULLETIN EDISI 1 atau klik disini atau versi pdf download

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KLB ANTRAKS

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KLB ANTRAKS

DI DESA TENRIGANGKAE KECAMATAN MANDAI

KABUPATEN MAROS, 29-31 MARET 2010

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penyakit Antraks sangat ditakuti, karena penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Hal inilah yang terjadi di Kabupaten Maros, walau hingga kini masih belum menelan korban jiwa namun ketakutan masyarakat sudah semakin membesar. Pasalnya sapi-sapi penduduk di Desa Tenrigangkae Kec. Mandai mulai mati satu persatu.

Senin, 05 Juli 2010

Selamat Datang


Selamat datang di blog MarosSehat, blog yang diperuntukkan khususnya untuk kemaslahatan masyarakat Kabupaten Maros. Blog ini dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi (khususnya kesehatan) di wilayah kabupaten Maros.
Blog ini dibuat sebagai pengganti sementara dari blog sebelumnya yang penyusun rasa cukup merepotkan dalam membuka dan mengeditnya. Saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami harapkan menuju kesempurnaan blog ini. Terima Kasih telah membaca blog ini, dan Selamat Menikmati.