Senin, 04 Oktober 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 24

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 24 Minggu Epidemiologi ke-36 sampai 38 tahun 2010
(5 September – 25 September 2010)

Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.

Kami mohon maaf karena setelah dua minggu, bulletin ini baru dapat diterbitkan karena beberapa masalah teknis. Untuk itu, bulletin edisi 24 ini dirangkum untuk minggu ke-36, 37, dan 38.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-38 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Sumber: DSO Kab. Maros

Pada minggu ke-36, tidak ada puskesmas yang melapor tepat waktu. Hari pengiriman laporan bertepatan dengan hari libur lebaran. Namun, pada minggu ke-37 dan 38, ketepatan laporan berangsur naik dan normal kembali. Walaupun ketepatan laporan sangat rendah, namun kelengkapan laporan tetap 100% seperti minggu-minggu sebelumnya, kecuali minggu ke-38, kelengkapan laporan hingga bulletin ini diterbitkan hanya 93%.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit

Tabel 2. Perkembangan Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Minggu ke-34 sampai 38
Di Kabupaten Maros
Sumber : DSO Kab. Maros

Untuk minggu ke-38, seperti pada minggu sebelumnya, Kasus ILI menempati urutan pertama dari jumlah kunjungan, disusul diare akut dan demam yang tidak diketahui sebabnya.

Peringatan Dini

Tabel 3. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Kabupaten Maros Minggu ke-36 sampai 38

Tabel 4. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Puskesmas se-Kabupaten Maros Minggu ke-36 sampai 38

Alert yang muncul di tingkat kabupaten pada minggu ke-38 adalah peningkatan kasus penyakit serupa influenza (ILI) dan gigitan hewan penular rabies.

Alert yang muncul di tingkat puskesmas pada minggu ke-38 adalah peningkatan kasus penyakit serupa influenza (ILI), poisson suspek demam tifoid, Kasus gigitan hewan penular rabies, dan peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya. Untuk rincian masing-masing alert dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 di atas.

Respons
Seluruh Alert telah disampaikan DSO Kab. Maros kepada puskesmas yang bersangkutan untuk dilaksanakan respon tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesehatan masyarakat dengan cepat dan tepat.

Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin pada minggu ke-36, sampel serum darah tidak dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel karena penderita tidak berada di rumah dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.

Laporan KLB/ Wabah (W1)
Untuk kasus suspek antraks di puskesmas Hasanuddin pada minggu ke-37, telah dikirimkan format W1 ke Dinkes Provinsi Sulsel. Pelacakan penderita telah dilakukan dan tidak ditemukan penderita baru. Sampel darah dan luka penderita serta sampel tanah telah diperiksa oleh laboratorium kesehatan provinsi Sulsel dan semua hasil pemeriksaan negatif. Kasus ini juga telah diketahui oleh Dinas Peternakan dan telah diambil tindakan lebih lanjut.

Ada kasus kematian karena gigitan hewan penular rabies di puskesmas Cenrana. Gigitan terjadi pada minggu ke-32 dan seorang penderita meninggal pada minggu ke-38. Pasien tidak diberi VAR karena tidak ada persediaan VAR di puskesmas, Kabupaten, dan Provinsi. Pasien tidak membeli VAR karena kesulitan ekonomi. Telah dikirimkan format W1 ke Dinkes Provinsi Sulsel untuk tindak lanjut pemberian VAR pada pasien lainnya, namun hingga sekarang VAR belum tersedia.

Tren Penyakit/Sindrom

Trend diare akut, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-38 ini mengalami penurunan.

Trend gejala Penyakit Serupa Influenza (ILI), baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-38 ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan ini disebabkan karena diagnosa ILI dari puskesmas yang berubah-ubah dan biasanya saling bertukar antara ISPA dan Influenza. Peningkatan diagnosa ini terjadi di puskesmas Barandasi, Hasanuddin, dan Alliritengngae.

Trend suspek demam tifoid, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan tetap pada minggu ke-38 ini.


Trend kasus gigitan hewan penular rabies, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-38 ini mengalami penurunan. Kasus gigitan hewan penular rabies terjadi hampir tiap minggu sehingga sangat dibutuhkan persediaan VAR di puskesmas atau Dinkes kabupaten Maros.

Trend demam yang tidak diketahui asalnya, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-38 ini mengalami sedikit peningkatan.

Insiden diare akut paling tinggi di Puskesmas Moncongloe, Tompobulu, dan Cenrana dengan angka insiden 59 sampai 86 kasus per 100.000 penduduk.

Insiden demam yang tidak diketahui asalnya paling tinggi di puskesmas Cenrana dan Barandasi dengan angka >73 kasus per 100.000 penduduk disusul puskesmas Hasanuddin dengan angka 72 kasus per 100.000 penduduk

Rekomendasi

  1. Agar puskesmas tetap memasukkan laporannya, walaupun hari pengiriman laporan dalam hari libur dan hari raya.
  2. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas, khususnya puskesmas Barandasi, Hasanuddin, dan Alliritengngae.
  3. Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
  4. Seluruh puskesmas rawan rabies mewaspadai kasus rabies dan melaksanakan tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesmas dengan cepat dan tepat.
  5. Puskesmas Hasanuddin dan Cenrana agar tetap memantau pasien korban gigitan hewan penular rabies dan mewaspadai peningkatan kasus rabies.
  6. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar