Rabu, 02 Mei 2012

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Kabupaten Maros Tahun 2011

Surveilans Terpadu Penyakit (STP) adalah suatu bentuk laporan surveilans pengamatan kasus baru penyakit menular dalam satuan waktu bulanan. 

Unit pelayanan kesehatan yang melaporkan STP antara lain adalah :
  • Puskesmas
  • Rumah Sakit
  • Laboratorium

Tujuan Umum STP adalah diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tertentu dan terdistribusinya informasi tersebut kepada program terkait, pusat-pusat kajian dan pusat penelitian serta unit surveilans lain. 

Tujuan khusus STP adalah 
  •  Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB penyakit dan keracunan di Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit.
  • Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit dan keracunan tersebut kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinkes Propinsi, Direktorat Jenderal Pemberantasan penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. 

Adapun agregat laporan STP Puskesmas se-Kabupaten Maros Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.



5 Besar penyakit menular di Kabupaten Maros tahun 2011 menurut STP Puskesmas :
  1. Penyakit Serupa Influenza (ILI)
  2. Diare
  3. Diare Berdarah
  4. Tifus Perut Klinis
  5. Tersangka TBC Paru.
[Bidang Bina P2PL Dinas kesehatan Kabupaten Maros]

Minggu, 29 Januari 2012

Laporan Difteri Maros (Hingga 25 Januari 2012)

Laporan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan 
Kasus Difteri di Desa Pucak, Kec. Tompobulu, Kab. Maros 
11-25 Januari 2012

 





1. Pendahuluan 

a. Latar Belakang 
Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Defenisi kasus suspek Difteri adalah demam di atas 38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher. Difteri biasanya menyerang kelompok umur anak-anak (balita dan anak usia sekolah) karena kondisi tubuhnya yang labil sehingga rentan akan suatu penyakit. 

Faktor risiko Difteri antara lain kurangnya cakupan imunisasi (DPT), lingkungan yang penuh sesak, kebersihan yang buruk, kontak dengan penderita dan pembawa (carrier). Difteri adalah penyakit langka dengan angka kematian diperkirakan 10 persen. Kasus Difteri (suspek maupun positif) tidak pernah ditemukan di Kabupaten Maros beberapa tahun terakhir ini. Kasus Difteri di Provinsi Sulawesi Selatan juga sangat jarang terjadi, walaupun ada beberapa Kabupaten yang pernah terjangkit (Kota Makassar, Kab. Gowa, Kab. Pangkep, Kab. Takalar) 

Pada tanggal 11 Januari 2012, diterima laporan dari petugas surveilans RSUD Salewangang Maros, bahwa ada kasus suspek Difteri di RS. Dari informasi yang diperoleh tersebut, maka diadakan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan pada kasus yang dimaksud. 

Senin, 09 Januari 2012

Antisipasi Masalah Kesehatan Menghadapi Penyakit yang Bisa Muncul Pada Musim Hujan

Saat ini Indonesia sudah memasuki musim penghujan, dengan curah hujan tertinggi diperkirakan terjadi pada bulan Januari sampai awal Pebruari 2012. Datangnya musim hujan merupakan faktor risiko untuk terjadinya beberapa penyakit. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai selama musim penghujan adalah : 
  1. Penyakit akibat virus: influenza, diare 
  2. Penyakit akibat bakteri dan parasit (terutama pada daerah yang airnya meluap sehingga bakteri dan parasit dari septic tank dan kotoran hewan terangkat dan hanyut kemudian mengkontaminasi air, bahan pangan, atau menginfeksi langsung manusia) : diare, disentri, kecacingan, leptospirosis
  3. Penyakit akibat jamur (terutama akibat kelembaban pada pakaian)
  4. Penyakit tidak menular : asma, rhinitis, perburukan penyakit kronik 
  5. Penyakit demam berdarah, karena meningkatnya tempat perindukan nyamuk. 

Juknis BOK 2012

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan salah satu program unggulan Kementerian Kesehatan. BOK merupakan upaya pemerintah untuk membantu daerah dalam mencapai target nasional bidang kesehatan yang menjadi kewenangan wajib daerah. Tidak semua kabupaten/kota mempunyai kecukupan anggaran atau kepedulian untuk membiayai pembangunan kesehatan, khususnya di Puskesmas. Padahal peran Puskesmas sangat penting, karena menjadi ujung tombak dalam upaya kesehatan di masyarakat, terutama upaya promotif dan preventif. 

Terdapat empat fungsi Puskesmas yang perlu terus ditingkatkan, yaitu sebagai : 
  1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; 
  2. Pusat pemberdayaan masyarakat; 
  3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 
  4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. 
Saat ini terjadi kecenderungan Puskesmas kurang melakukan upaya promotif-preventif secara aktif ke masyarakat. Padahal banyak masalah kesehatan yang dapat dicegah bila fungsi Puskesmas berjalan sebagaimana yang diharapkan. BOK secara khusus dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas dan jejaringnya, serta Poskesdes dan Posyandu. BOK mendorong agar Puskesmas mampu mengidentifikasi permasalahan kesehatan di wilayah kerjanya melalui lokakarya mini, selanjutnya disusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Peningkatan kinerja Puskesmas, Poskesdes dan Posyandu tentu akan berdampak positif bagi masyarakat yang dilayani. 

Komitmen pemerintah untuk membantu daerah terus meningkat. Pada tahun 2010 dana BOK dialokasikan sebesar Rp. 216 Miliar. Tahun 2011 ditingkatkan menjadi Rp. 932 Miliar, dan tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 1,065 Triliun. Namun demikian, BOK tetap bersifat suplemen, sehingga komitmen pemerintah daerah sangat diharapkan untuk mengalokasikan anggaran kesehatan secara memadai, terutama untuk upaya promotif dan preventif.