Kamis, 09 September 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respon Edisi 23

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 23 Minggu Epidemiologi ke-35 tahun 2010
(29 Agustus – 4 September 2010)

Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-35 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Sumber: DSO Kab. Maros

Pada minggu ke-35, persentase ketepatan laporan sama dengan minggu sebelumnya. Hingga tanggal 8 September 2010 pagi, Ada 1 puskesmas yang belum mengirimkan laporan mingguannya, yaitu puskesmas Tunikamaseang (hingga bulletin ini dipostkan, puskesmas Tunikamaseang telah memasukkan Laporan Minggu 34 dan 35. --admin). Target ketepatan laporan 80%, dan kelengkapan laporan 90%, sehingga untuk ketepatan laporan minggu ke-35 ini masih jauh dari target (hanya sebesar 64%). Untuk itu, umpan balik tingkat pustu dan puskesmas sangat diharapkan untuk keberhasilan dan keberlanjutan program ini.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit
Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros Minggu ke-35
Sumber : Software EWARS

Untuk minggu ke-35, seperti pada minggu sebelumnya, Kasus diare akut menempati urutan pertama dari proporsi morbiditas kunjungan sebesar 4,6% dengan angka insidensi sebesar 32/100.000 penduduk, ILI pada yang minggu ini menempati urutan kedua dengan proporsi morbiditas sebesar 3% dengan angka insidensi sebesar 21/100.000 penduduk.

Peringatan Dini

Tabel 3. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Kabupaten Maros Minggu ke-35
Muncul peringatan dini (alert) Kasus suspek campak dan gigitan hewan penular rabies di tingkat Kabupaten Maros pada minggu ke-35 ini.

Tabel 4. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Puskesmas se-Kabupaten Maros Minggu ke-35
Alert yang muncul di tingkat puskesmas pada minggu ke-35 ini adalah peningkatan kasus diare akut dan kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin, kasus gigitan hewan penular rabies di puskesmas Simbang dan Cenrana, serta peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya di puskesmas Tompobulu.

Seluruh Alert telah disampaikan DSO Kab. Maros kepada puskesmas yang bersangkutan untuk dilaksanakan respon tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesehatan masyarakat dengan cepat dan tepat.

Tabel 5. Perkembangan Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Minggu ke-33 sampai 35
Di Kabupaten Maros
Sumber: DSO Kab. Maros

Pada minggu ke-33 hingga minggu ke-35, kasus penyakit/sindrom masih berfluktuasi tiap minggunya. Cuaca yang tidak menentu menjadi faktor utama hal ini, utamanya dalam musim pancaroba sekarang ini.

Respon
Untuk kasus gigitan hewan penular rabies, DSO kab. Maros telah melakukan koordinasi dengan petugas puskesmas Simbang untuk tatalaksana kasus. Namun, pasien tidak membawa kepala anjing tersangka rabies untuk diambil sampelnya di Balai Besar Veteriner, sehingga pasien membeli sendiri VAR (hanya sebanyak 2 kuur untuk sekali vaksinasi) karena tidak dapat diambilkan VAR di Dinkes Propinsi.

DSO Kab. Maros telah berkoordinasi dengan PDSR (Dinas Peternakan), namun biaya operasional untuk pemberantasan dan penanggulangan rabies pada hewan tidak dianggarkan untuk tahun ini, sehingga diharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap rabies dengan swadaya sendiri.

Untuk kasus suspek campak, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel untuk diteruskan ke Laboratorium campak di Surabaya guna pemeriksaan lebih lanjut. Setelah melakukan PE di sekitar rumah penderita, puskesmas Hasanuddin tidak menemukan kasus tambahan suspek campak.

Tren Penyakit/Sindrom


Trend diare akut, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas mengalami penurunan pada minggu ke-35 dibandingkan minggu sebelumnya.


Trend gejala Penyakit Serupa Influenza (ILI), baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas mengalami penurunan pada minggu ke-35 dibandingkan minggu sebelumnya.



Insiden gigitan hewan penular rabies paling tinggi berada di kecamatan Simbang (9/100.000 penduduk, 2 kasus) disusul kecamatan Cenrana (7/100.000 penduduk, 1 kasus).

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

  1. Agar puskesmas meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporannya.
  2. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
  3. Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
  4. Seluruh puskesmas mewaspadai kasus diare akut dan melaksanakan tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesmas dengan cepat dan tepat.
  5. Puskesmas Simbang dan Cenrana agar tetap memantau pasien korban gigitan hewan penular rabies dan mewaspadai peningkatan kasus rabies.
  6. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

District Surveillance Officer Kabupaten Maros

Tidak ada komentar:

Posting Komentar