Rabu, 01 September 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 22

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 22 Tahun 2010

Minggu Epidemiologi ke-34 tahun 2010

(22 Agustus – 28 Agustus 2010)

Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-34 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Sumber: DSO Kab. Maros

Pada minggu ke-34, persentase ketepatan laporan sama dengan minggu sebelumnya. Hingga bulletin ini disusun (kamis siang), Ada 2 puskesmas yang belum mengirimkan laporan mingguannya, yaitu puskesmas Tunikamaseang dan puskesmas Marusu. Persentase Ketepatan dan kelengkapan laporan masih jauh dari target, yakni 80% untuk ketepatan laporan, dan 90% untuk kelengkapan laporan. Untuk itu, umpan balik tingkat pustu dan puskesmas sangat diharapkan untuk keberhasilan dan keberlanjutan program ini.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit

Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros Minggu ke-34

Sumber : Software EWARS

Untuk minggu ke-34, Kasus diare akut menempati urutan pertama dari proporsi morbiditas kunjungan sebesar 5,5% dengan angka insidensi sebesar 36/100.000 penduduk, menggantikan posisi ILI pada minggu sebelumnya yang minggu ini menempati urutan kedua dengan proporsi morbiditas sebesar 5,2% dengan angka insidensi sebesar 33/100.000 penduduk.

Peningkatan kasus diare akut ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
  1. Waktu, bulan Ramadhan yang sebagian besar warga muslim menjalankan ibadah puasa bisa jadi sebagai penyebab utama meningkatnya kasus diare akut.
  2. Tempat, insiden diare akut minggu ke-34 ini pada umumnya lebih banyak terjadi di wilayah yang padat penduduk, higene perorangan dan sanitasi kurang baik, seperti Kecamatan Lau, Maros Baru, Turikale, dan Mandai.

Pada minggu ke-30 hingga minggu ke-34, kasus penyakit/sindrom berfluktuasi tiap minggunya. Cuaca yang tidak menentu menjadi faktor utama hal ini, utamanya dalam musim pancaroba sekarang ini.

Tabel 3. Perkembangan Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Lima Minggu terakhir
Di Kabupaten Maros Minggu ke-34


Peringatan Dini
Muncul peringatan dini (alert) Peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya di tingkat Kabupaten Maros pada minggu ke-34 ini.

Tabel 4. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Kabupaten Maros Minggu ke-34



Alert yang muncul di tingkat puskesmas pada minggu ke-34 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Puskesmas se-Kabupaten Maros Minggu ke-34


Petugas surveilans kabupaten (DSO) telah mengkonfirmasi alert ini ke puskesmas yang bersangkutan via sms untuk ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat..

Tren Penyakit/Sindrom

Trend diare akut, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas mengalami peningkatan pada minggu ke-34 dibandingkan minggu sebelumnya.

Trend gejala Penyakit Serupa Influenza (ILI), baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas mengalami penurunan pada minggu ke-34 dibandingkan minggu sebelumnya.

Trend Demam yang tidak diketahui asalnya, baik dari segi jumlah kasus maupun angka morbiditas mengalami peningkatan pada minggu ke-34 dibandingkan minggu sebelumnya

Insiden Diare Akut paling tinggi berada di kecamatan Lau, Maros Baru, dan Mandai.

Insiden Demam yang tidak diketahui asalnya paling tinggi berada di kecamatan Lau dan Maros Baru.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut
  1. Agar puskesmas meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporannya.
  2. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
  3. Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
  4. Seluruh puskesmas mewaspadai meningkatnya kasus diare akut dan melaksanakan tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesmas dengan cepat dan tepat.
  5. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar