Kamis, 12 Agustus 2010

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 19

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 19 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-31 tahun 2010
(1 Agustus - 7 Agustus 2010)


Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan walaupun tidak tepat waktu. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan sehingga bulletin mingguan ini dapat terselesaikan.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan
Laporan Minggu ke-31 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Pada minggu ke-31, terjadi penurunan ketepatan laporan yang sangat signifikan. Ada 5 puskesmas yang terlambat mengirimkan laporan melalui sms yaitu puskesmas Mattirotasi, Moncongloe, Simbang, Tompobulu, dan Alliritengngae. Hingga hari kamis (pagi), 12 Agustus 2010 ada 4 puskesmas yang belum mengirimkan laporan yaitu puskesmas Tunikamaseang, Ladange, Hasanuddin dan Marusu sehingga kelengkapan laporan hanya mencapai 71%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh kinerja petugas yang menurun akibat kondisi yang tidak mendukung.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit

Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-31

Insidensi adalah jumlah penyakit/Sindrom pada suatu kelompok penduduk tertentu dalam satuan waktu tertentu. Dalam hal ini, Jumlah penduduk kabupaten Maros adalah 302.302 Jiwa dengan hitungan per 100.000 Jiwa. Proporsi merupakan perbandingan yang dasarnya adalah jumlah semua yang mengalami penyakit/sindrom yang sama.

Sindrom/gejala ILI masih menempati urutan pertama dari proporsi morbiditas kunjungan sebesar 6% (dari seluruh kunjungan, 6% adalah kunjungan dengan gejala ILI) dengan angka insidensi sebesar 1 (Insidensi = 76/100.000 x 1.274 = 1), disusul dengan diare akut dengan morbiditas juga sebesar 6% dan angka insidens sebesar 1.

Terjadi penurunan angka proporsi morbiditas dan insidensi penyakit/Sindrom ILI dan Diare Akut dari minggu sebelumnya. Penurunan proporsi morbiditas dan angka insidensi ini disebabkan karena beberapa puskesmas belum mengirimkan laporannya. Total Proporsi dari seluruh penyakit sebesar 16,1% dari total kunjungan, sedikit menurun dari minggu lalu sebesar 16,8%.

Peringatan Dini
Tidak ada Peringatan dini (alert) yang muncul di tingkat kabupaten, namun ada peringatan dini (alert) yang muncul di tingkat puskesmas yakni Peningkatan kasus Diare Akut pi puskesmas Bantimurung dan Cenrana, Peningkatan kasus ILI di puskesmas Mattirotasi, dan peningkatan kasus Diare Berdarah di puskesmas Cenrana.

Tabel 3. Sinyal Kewaspadaan Dini
Minggu ke-31 Dinas Kesehatan Kab. Maros

Respon dan Hasil Rekomendasi
Petugas surveilans kabupaten (DSO) telah mengkonfirmasi alert ini ke puskesmas yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat.

Sampai bulletin ini diterbitkan, tidak ada laporan W1 yang dilaporkan dari puskesmas ke kabupaten, yang berarti tidak ada kejadian luar biasa penyakit/sindrom yang muncul di wilayah kabupaten Maros

Tren Penyakit/Sindrom

Proporsi Morbiditas Diare akut cenderung naik-turun tiap minggunya. Hal ini dapat disebabkan karena cuaca yang masih tidak menentu dan hygiene perorangan masih belum baik. Namun demikian, jumlah kasus menurun karena masih ada beberapa puskesmas yang belum mengirimkan laporannya.

Poporsi morbiditas dan kasus ILI mengalami penurunan dari minggu sebelumnya. Kelengkapan laporan berpengaruh besar terhadap penurunan ini.

Muncul peringatan dini Kasus diare berdarah di wilayah puskesmas Cenrana, yakni sebanyak tujuh kasus, meningkat dari minggu sebelumnya sebanyak satu kasus saja. Pemantauan kasus harus tetap dilakukan agar tidak terjadi ledakan kasus diare berdarah. Diare berdarah di kecamatan Cenrana pernah mencapai puncaknya pada minggu ke-28, yakni sebanyak sembilan kasus. Seluruh pasien mendapatkan pengobatan dengan baik dan hanya berobat jalan karena kondisi pasien masih baik.

Rekomendasi dan Tindak Lanjut
  1. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
  2. Agar seluruh puskesmas mengirim laporan mingguan SMS dengan tepat waktu.
  3. Agar seluruh puskesmas tetap mengirimkan laporan mingguan W2 format lama.
  4. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar