Senin, 10 Januari 2011

Catatan Surveilans Penyakit Difteri


Difteri merupakan penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.


Penyebab
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae.
Terdapat 3 tipe yaitu: mitis, intermedius, dan gravis.
Masa inkubasi antara 2-5 hari.
Masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan.
Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Tetapi tak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.


Gejala
Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam tinggi, sulit bernapas dan menelan, suara parau, keluar secret dari hidung dan mulut mulai cair sampai kental, sangat lemah, terjadi pembengkakan pada amandel (tonsil), terlihat selaput putih kotor dan kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung.
pseudomembran putih ke abu-abuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (Bullneck) dan sesak napas disertai stridor.

Penularan
Penularan umumnya melalui udara (batuk/bersin) dengan menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi seperti dari jari-jari, handuk dan dari susu yang terkontaminasi penderita.
Sumber penularan adalah manusia, baik sebagi penderita maupun sebagai carrier. Penyebaran melalui droplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah. Kekebalan diperoleh karena menderita sakit atau mendapat imunisasi. Kekebalan yang tinggi secara aktif melalui imunisasi DPT.

Diagnosis 
Diagnosis pasti jika didapatkan kuman difteri yang dilakukan melalui specimen apusan tenggorok (throat swab) yang di biakan.
Pemeriksaan Laboratorium :
* Preparat langsung
* Kultur dengan medium Loeffler atau telurin
* Tes Shick (imunitas)


Pencegahan
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas .

Komplikasi
* Miokarditis
* Kelainan neurologis
* Infeksi sekunder
* Obstruksi saluran napas
* Pneumoni

Terapi  dan Perawatan
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa.

  1. Istirahat :Penderita diisolasi dan istirahat di tempat tidur 2-3 minggu. Jalan napas dibersihkan, membran diangkat dengan laringoskopi/bronkoskopi. Paralisis : dilakukan fisioterapi
  2. Diet : Lunak atau cair
  3. Obat : 
  • Antitoksin 20.000 – 100.000 unit/drip dalam larutan NaCl 0,9%
  • Amoksisilin/eritromisin 4 x 500 mg selama 7 – 10 hari.
  • Penisilin procain G IM 2 x 600.000 unit selama 14 hari
  • Vaksin toksoid difteri biasanya dalam vaksin DPT.

Terapi Komplikasi
  • Trakeostomi/intubasi endotrakeal segera bila ada obstruksi larings.
  • Alat pacu jantung bila ada blok jantung.
  • DL-Carnitine 100 mg/kg BB dalam 2 dosis bila terjadi miokardistis.

Prognosis
Biasanya jelek tergantung dari :
  • Virulensi kuman
  • Lokasi dan perluasan membran
  • Kecepatan terapi
  • Status kekebalan

Langkah Penyelidikan Epidemiologi (PE)
  1. Dasar: adanya kasus tersangka Difteri segera lakukan PE
  2. Tujuan: penegakan diagnosis, mengetahui besaran kasus, identifikasi factor resiko, investigasi kasus lain, penentuan arah pencegahan dan penaggulangan.
  3. Langkah Penyelidikan: Koordinasi melalui Tim Investigasi, siapkan administrasi, pengumpulan data
  4. Pengolahan dan penyajian data
  5. Analisa data
  6. Membuat laporan hasil penyelidikan.

Respon KLB Penyakit Difteri

Respons tatalaksana kasus :
1. Pengobatan kasus
2. Memutus rantai penularan

Respons sistem pelaporan :
1. W1
2. Hasil pemeriksaan penunjang/lab

Respons Kesehatan Masyarakat :
1. Penyelidikan epidemiologi
2. Penatalaksanaan Kontak untuk Pengambilan usap nasofarings dan profilaksis
3. KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) ke masyarakat
4. Upaya peningkatan cakupan imunisasi (<7 tahun DT dan >7 tahun dT) melalui sweeping
5. Meningkatkan imunisasi DPT rutin.


Sumber : 
ALGORITMA DIAGNOSIS PENYAKIT DAN RESPONS
infokedokteran.com
wikipedia.com
infeksi.com
http://tasikmalayasurveilan.blogspot.com/2010/10/difteri.html

2 komentar:

  1. Merinding banget udah baca ni...mmm

    Oya sobat blogger hebat, mari ikut berpartisipasi dalam Gerakan SEO Positif Season 2...
    " Judul postingan yang negatif tapi isi postingan mengandung hal positif"....
    mari kita musnahkan hal-hal negatif di dunia maya mulai hari ini..
    sebarkan kebaikan maka kebaikan pula yang akan kita terima...buruan ikutan!!!

    BalasHapus
  2. Mau Share Ya. Propolis bisa menjadi solusi kesehatan untuk berbagai penyakit yang bekerja secara holistik, termasuk penyakit difteri. Propolis adalah zat yang dihasilkan oleh lebah sebagai pencegahan dan pengobatan penyakit (Hampir semua kitab suci menulis tentang lebah, Q.S. An Nahl Ayat 68 & 69). Info tentang propolis dapat kunjungi obatpropolis.com
    semoga bermanfaat

    BalasHapus