Selasa, 04 Januari 2011

Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 28

Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 28 Minggu Epidemiologi ke-48 sampai 52 tahun 2010
(28 November September – 1 Januari 2011)



Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.

Kami mohon maaf karena setelah sebulan, bulletin ini baru dapat diterbitkan karena beberapa masalah teknis. Untuk itu, seperti edisi sebelumnya, bulletin edisi 28 ini dirancang dan disajikan dalam bentuk rangkuman untuk minggu ke-48, 49, 50, 51 dan 52.

Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.

Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :

Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan

Tabel 1. Ketepatan dan Kelengkapan Laporan
Minggu ke-47 s.d. ke-52 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Sumber: DSO Kab. Maros

Ketepatan dan kelengkapan laporan mingguan puskesmas masih bervariasi tiap minggunya. Ketepatan laporan dari minggu ke-47 sampai ke-52 masih dibawah target ketepatan laporan sebesar 80%. Begitu juga dengan kelengkapan laporan pada minggu ke-50 sampai ke-52 masih dibawah target kelengkapan laporan sebesar 90%.

Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit
Tabel 2. Perkembangan Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala 
Dalam SKD Dan Respons Minggu ke-47 sampai 52
Di Kabupaten Maros
 
Untuk minggu ke-47 sampai ke-52, Kasus ILI menempati urutan pertama dari jumlah kunjungan, disusul diare akut dan demam yang tidak diketahui sebabnya.


Peringatan Dini

Peringatan dini yang muncul di tingkat kabupaten pada minggu ke-48 sampai ke-52 adalah kasus campak dan kasus gigitan hewan penular rabies

Peringatan dini yang muncul di tingkat puskesmas pada minggu ke-48 sampai ke-52 adalah peningkatan kasus ILI, poisson suspek demam tifoid, kasus suspek campak, kasus gigitan hewan penular rabies, dan peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya.

Daftar peringatan dini ini dapat dilihat secara lengkap pada tabel.3 berikut ini

Tabel 3. Peringatan dini (alert) penyakit/sindrom
Di Kabupaten Maros Minggu ke-48 sampai 52


Respons
Seluruh Alert telah disampaikan DSO Kab. Maros kepada puskesmas yang bersangkutan untuk dilaksanakan respon tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesehatan masyarakat dengan cepat dan tepat.

Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium.

Sebenarnya ada satu kasus gigitan hewan penular rabies juga di puskesmas Camba pada minggu ke-51 namun petugas puskesmas tidak sempat memasukkannya kedalam laporan mingguan. Untuk kasus gigitan hewan penular rabies, hingga akhir Desember pemberian VAR tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada persediaan VAR di Dinkes Maros. Pasien mengusahakan VAR sendiri baik dengan membeli sendiri ataupun bantuan dari pihak lain.


Laporan KLB/ Wabah (W1)
Tidak ada laporan KLB/Wabah dari puskesmas dalam periode minggu ini.

Tren Penyakit/Sindrom


Trend diare akut, baik dari segi jumlah kasus maupun proporsi morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-52 ini mengalami sedikit peningkatan.

Trend gejala Penyakit Serupa Influenza (ILI), baik dari segi jumlah kasus maupun proporsi morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-52 ini mengalami sedikit peningkatan.

Trend suspek demam tifoid, baik dari segi jumlah kasus maupun proporsi morbiditas berfluktuasi dan menurun pada minggu ke-52 ini.


Trend demam yang tidak diketahui asalnya, baik dari segi jumlah kasus maupun proporsi morbiditas berfluktuasi dan pada minggu ke-52 ini mengalami peningkatan.

 
Insiden diare akut paling tinggi di Puskesmas Barandasi, Mallawa dan Hasanuddin dengan angka insiden 25 sampai 62 kasus per 100.000 penduduk.

Insiden ILI paling tinggi di puskesmas Barandasi dan Alliritengngae dengan angka 107 sampai 174 kasus per 100.000 penduduk.

Kasus diare berdarah paling banyak di wilayah kerja puskesmas Cenrana sebanyak 7 kasus per 100.000 penduduk.

Kasus suspek demam tifoid paling banyak di wilayah kerja puskesmas Bantimurung yang mengenai 3 orang atau sebanyak 9 kasus per 100.000 penduduk


Kasus suspek demam berdarah dengue paling banyak di wilayah kerja puskesmas Alliritengngae yang mengenai 1 orang atau sebanyak 3 kasus per 100.000 penduduk


Rekomendasi dan Tindak Lanjut
  1. Untuk mencapai target, agar puskesmas tetap meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporannya.
  2. Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
  3. Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
  4. Puskesmas Hasanuddin, Simbang, dan Camba agar tetap memantau pasien korban gigitan hewan penular rabies dan mewaspadai peningkatan kasus rabies.
  5. Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar