Rabu, 10 November 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 26
Edisi 26 Tahun 2010
Minggu Epidemiologi ke-44 tahun 2010
(31 Oktober – 6 November 2010)
Kamis, 04 November 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 25
Edisi 25 Minggu Epidemiologi ke-39 sampai 43 tahun 2010
(26 September – 30 Oktober 2010)
Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin ini dapat terselesaikan. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan.
Kami mohon maaf karena setelah sebulan, bulletin ini baru dapat diterbitkan karena beberapa masalah teknis. Untuk itu, seperti edisi sebelumnya, bulletin edisi 25 ini dirangkum untuk minggu ke-39, 40, 41, 42 dan 43.
Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.
Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :
Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Minggu ke-38 s.d. ke-43 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Pada minggu ke-43, seluruh puskesmas melapor dengan tepat waktu kecuali puskesmas Tunikamaseang. Kelengkapan laporan hingga minggu ke-41 sudah mencapai 100% seperti minggu-minggu sebelumnya.
Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit
Dalam SKD Dan Respons Minggu ke-38 sampai 43
Di Kabupaten Maros
Untuk minggu ke-43, seperti pada minggu sebelumnya, Kasus ILI menempati urutan pertama dari jumlah kunjungan, disusul diare akut dan demam yang tidak diketahui sebabnya.
Peringatan Dini
Di Kabupaten Maros Minggu ke-39 sampai 43
Di Puskesmas se-Kabupaten Maros Minggu ke-39 sampai 43
Respons
Seluruh Alert telah disampaikan DSO Kab. Maros kepada puskesmas yang bersangkutan untuk dilaksanakan respon tatalaksana kasus, respon pelaporan, dan respon kesehatan masyarakat dengan cepat dan tepat.
Untuk kasus suspek campak di puskesmas Marusu pada minggu ke-39, sampel serum darah tidak dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel karena orang tua penderita tidak bersedia diambil sampel serum darahnya. Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin dan Moncongloe pada minggu ke-40, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk kasus suspek campak di puskesmas Hasanuddin dan Moncongloe pada minggu ke-42, sampel serum darah telah dikirim ke Dinkes Propinsi Sulsel dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Laporan KLB/ Wabah (W1)
Muncul kasus keracunan makanan di SMU Negeri 2 Maros (Lingkungan Bontocabu, Kelurahan Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kab. Maros) pada tanggal 2 November 2010 (minggu ke-44). Enam orang siswa menderita keracunan makanan dan seluruhnya dirawat di puskesmas Barandasi. Sampel makanan telah diambil dan menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan dari BBLK Provinsi Sulawesi Selatan. Hingga hari ini, tidak ada lagi kasus keracunan makanan dan lokasi tetap dalam pemantauan oleh surveilans puskesmas Barandasi. Untuk kasus ini telah dikirimkan format W1 ke Dinkes Provinsi Sulsel pada tanggal 3 November 2010.
Tren Penyakit/Sindrom




Rekomendasi dan Tindak Lanjut
- Agar puskesmas tetap meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporannya.
- Diagnosa Penyakit/sindrom, khususnya ILI dan Demam yang tidak diketahui asalnya agar ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
- Agar puskesmas segera berkoordinasi dengan kabupaten apabila ada indikasi Wabah (W1), tanpa menunggu hasil laporan mingguan.
- Puskesmas Hasanuddin agar tetap memantau pasien korban gigitan hewan penular rabies dan mewaspadai peningkatan kasus rabies.
- Masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan hygiene perorangan.
Senin, 04 Oktober 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 24
Edisi 24 Minggu Epidemiologi ke-36 sampai 38 tahun 2010
(5 September – 25 September 2010)
Kamis, 09 September 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respon Edisi 23
Edisi 23 Minggu Epidemiologi ke-35 tahun 2010
(29 Agustus – 4 September 2010)
Rabu, 01 September 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 22
Edisi 22 Tahun 2010
Minggu Epidemiologi ke-34 tahun 2010
(22 Agustus – 28 Agustus 2010)
Jumat, 27 Agustus 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 21
Edisi 21, Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-33 tahun 2010
(15 Agustus – 21 Agustus 2010)
Rabu, 18 Agustus 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 20
Edisi 20, Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-32 tahun 2010
(8 Agustus – 14 Agustus 2010)
Jumat, 13 Agustus 2010
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
Dalam pedoman Algoritma dan diagnosis EWARS, defenisi kasus suspek DBD adalah Demam 2-7 hari ditandai dgn manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif, ptekie, perdarahan pd gusi, dan epistaksis atau mimisan.
a. Gejala dan Tanda
- Penderita mendadak panas tinggi (suhu badan antara 39-40 oC atau lebih) selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu.
- Tampak bintik-bintik merah pada kulit penderita seperti bekas gigitan nyamuk, disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit direnggangkan, bila bintik merah hilang berarti bekas gigigtan nyamuk.
- Terasa nyeri di ulu hati kemungkinan karena terjadi pendarahan di lambung
- Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung (mimisan) atau di gusi
- Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
- Keadaan lebih lanjut masuk ke fase syok ditandai dengan penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat dan tidak sadar.
- Bila tidak segera ditolong di rumah sakit dalam 2-3 hari penderita meninggal dunia.
Penyebab penyakit DBD ádalah virus dengue. Ada 4 (empat) serotype yaitu dengue 1,2,3 dan 4. Serotype Dengue 3 merupakan serotype yang dominan di Indonesia dan Sangat berhubungan dengan kasus berat.
Penularannya adalah oleh nyamuk sub genus stegornyia yaitu Aedes aegypti
c. Tatalaksana Penderita
- Periksa, apakah pasien memiliki gejala DBD yaitu Demam 2 sampai 7 hari dengan manifestasi perdarahan seperti :
- Uji Tourniquet positif
- Ptekie
- Perdarahan pada gusi
- epistaksis/ mimisan
- Apabila gejala tersebut ditemukan, segera catat dan kirim datanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Maros
- Ambil Spesimen sesuai Standar Operasional Pemeriksaan
- Jika hasil positif, lakukan respon KLB :
- Respon tatalaksana kasus : Beri minuman yang banyak, kompres, antipiretik golongan parasetamol ; Rujuk ke RS bila panas tidak turun dalam 2 hari atau keadaan tambah memburuk
- Respon Pelaporan dengan menggunakan standar pelaporan KLB : W1 (laporan kurang dari 24 jam) ; Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium
- Respon Kesehatan masyarakat : Penyelidikan Epidemiologi (PE) ; Surveilans Intensif ; Ambil spesimendari sebagian kasus untuk konfirmasi lab. serologi ; membentuk posko pengobatan di lapangan ; melakukan pemberantasan vektor (PSN, Fogging, Larvasidasi) ; Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
DOWNLOAD PDF
Kamis, 12 Agustus 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 19
Edisi 19 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-31 tahun 2010
(1 Agustus - 7 Agustus 2010)
Jumat, 06 Agustus 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respon Edisi 18
Edisi 18 Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-30 tahun 2010
(25 Juli - 31 Juli 2010)
Rabu, 28 Juli 2010
Sosialisasi PTM Dinkes Maros
Perkembangan Kasus Antraks di Maros : Kunjungan subdit Zoonosis
Kunjungan ini bertujuan
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 17
Edisi 17 Tahun 1 Minggu Epidemiologi ke-29 tahun 2010
(18 Juli - 24 Juli 2010)
Selasa, 20 Juli 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 16
Bulletin Mingguan Penyakit Potensial KLB
Edisi 16, Tahun 1
Minggu Epidemiologi ke-28 tahun 2010
(11 Juli - 17 Juli 2010)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Selasa, 13 Juli 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons Edisi 15
Edisi 15 Tahun 1 Minggu Epidemiologi ke-27 tahun 2010
(4 Juli - 10 Juli 2010)
Pendahuluan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penyusunan Buletin Mingguan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jejaring petugas surveilans di Kabupaten Maros mulai dari tingkat Pustu hingga Puskesmas atas kerjasamanya dalam pengiriman laporan mingguan sehingga bulletin mingguan ini dapat terselesaikan.
Tujuan dari sistem EWARS adalah bahwa setiap penyakit yang mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar. Respons yang diberikan mencakup respons tatalaksana kasus, respons pelaporan dan respons kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan secara efektif dan efisien dapat dilakukan.
Adapun hasil analisis data menggunakan software EWARS adalah sebagai berikut :
Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Laporan Minggu ke-27 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros
Pada minggu ke-27, ada 3 puskesmas yang belum mengirim laporan mingguan EWARS via sms yaitu Puskesmas Tunikamaseang, Ladange, dan Marusu. Untuk itu umpan balik ke tingkat puskesmas sangat diharapkan demi kelancaran dan keberlanjutan program ini.
Proporsi Morbiditas dan Insidensi Penyakit
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-27
Gejala ILI menempati urutan pertama dari proporsi morbiditas kunjungan sebesar 4,6% dan angka insidensi sebesar 1, disusul dengan demam yang tidak diketahui asalnya dengan morbiditas sebesar 2,9% dan angka insidens sebesar 0,6. Total Proporsi dari seluruh penyakit sebesar 11% dari total kunjungan, sisanya adalah penyakit selain diatas.
Peringatan Dini
Minggu ke-27 Dinas Kesehatan Kab. Maros
Adapun peringatan dini (alert) yang muncul di tingkat puskesmas yang harus ditindaklanjuti yakni kasus gigitan hewan penular rabies di puskesmas Cenrana dan peningkatan kasus demam yang tidak diketahui asalnya di puskesmas Simbang. Diharapkan kepada puskesmas terkait untuk segera menindaklanjuti dengan melakukan investigasi awal pada daerah yang terkena alert.
Petugas surveilans kabupaten (DSO) telah mengkonfirmasi alert ini ke puskesmas yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat.
Tren Penyakit/Sindrom

Diare akut masih menempati tiga besar penyakit yang paling banyak kasusnya. Namun demikian, dari grafik dapat dilihat penurunan kasus dan proporsi morbiditas dari minggu sebelumnya.



Rekomendasi dan Tindak Lanjut
- Dinas Kesehatan Kabupaten Maros segera melakukan verifikasi data ke tingkat Puskesmas apabila muncul alert, dan apabila data yang terlapor benar adanya, harus segera melakukan respons.
- Pada puskesmas Cenrana yang muncul alert khusus untuk kasus gigitan hewan penular rabies agar melakukan investigasi awal dilapangan dan melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan (PDSR).
- Diharapkan kepada puskesmas untuk mengirim laporan mingguan berbasis EWARS dengan tepat waktu untuk mencapai indikator yang diharapkan.
- Diagnosa kasus ILI sebaiknya ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas agar dapat dibedakan dengan kasus ISPA.
- Diagnosa Demam yang tidak diketahui asalnya sebaiknya ditegakkan dengan baik oleh pustu dan puskesmas.
Selasa, 06 Juli 2010
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons
Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Laporan Minggu ke-26 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-26
Peringatan Dini:
Untuk tingkat Kabupaten, tidak ada sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-26
Untuk tingkat Puskesmas, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-26 adalah:
- Peningkatan kasus Diare Akut di wilayah kerja puskesmas Hasanuddin (22 kasus (sebelumnya 11 kasus))
- Peningkatan kasus Diare Akut di wilayah kerja puskesmas Camba (17 kasus (sebelumnya 8 kasus))
- Peningkatan kasus ILI (Penyakit Serupa Influenza) di wilayah kerja puskesmas Simbang (22 kasus (sebelumnya 12 kasus))
- Peningkatan kasus ILI (Penyakit Serupa Influenza) di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (9 kasus (sebelumnya 5 kasus))
- Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Mattirotasi (27 kasus (sebelumnya 21 kasus))
- Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Barandasi (17 kasus (sebelumnya 4 kasus))
- Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui asalnya di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (10 kasus (sebelumnya 7 kasus))
Telah dilakukan respon dengan memberitahukan sinyal peringatan dini ini ke masing-masing puskesmas untuk kewaspadaan dini.
Rumor
Berkaitan dengan keadaan cuaca yang masih tidak menentu, penyakit yang dikhawatirkan meningkat adalah Diare akut, DBD, dan Tifoid.
Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons
Minggu Epidemiologi ke-25 (20 Juni - 26 Juni 2010)
Ketepatan Dan Kelengkapan Laporan
Laporan Minggu ke-25 Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kab. Maros

Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/Gejala
Dalam SKD Dan Respons Di Kabupaten Maros
Minggu ke-25

Peringatan Dini:
Untuk tingkat Kabupaten, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-25 adalah:
- Kasus gigitan hewan penular rabies (1 kasus)
- Kluster Penyakit yang tidak diketahui (5 kasus)
Untuk tingkat Puskesmas, sinyal peringatan dini yang timbul pada minggu ke-25 adalah:
- Kasus gigitan hewan penular rabies di wilayah kerja puskesmas Moncongloe (1 kasus)
- Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui sebabnya di wilayah kerja puskesmas Tompobulu (7 kasus (sebelumnya 4 kasus))
- Peningkatan kasus Demam yang tidak diketahui sebabnya di wilayah kerja puskesmas Ladange (7 kasus (sebelumnya 4 kasus))
Telah dilakukan respon dengan memberitahukan sinyal peringatan dini ini ke masing-masing puskesmas untuk kewaspadaan dini.
Rumor
Berkaitan dengan keadaan cuaca yang masih tidak menentu, penyakit yang dikhawatirkan meningkat adalah Diare akut, DBD, dan Tifoid.
Bulletin Edisi Sebelumnya dapat dibaca di bawah ini :
BULLETIN EDISI 1 atau klik disini atau versi pdf download
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KLB ANTRAKS
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KLB ANTRAKS
DI DESA TENRIGANGKAE KECAMATAN MANDAI
KABUPATEN MAROS, 29-31 MARET 2010
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit Antraks sangat ditakuti, karena penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Hal inilah yang terjadi di Kabupaten Maros, walau hingga kini masih belum menelan korban jiwa namun ketakutan masyarakat sudah semakin membesar. Pasalnya sapi-sapi penduduk di Desa Tenrigangkae Kec. Mandai mulai mati satu persatu.
Senin, 05 Juli 2010
Selamat Datang
